Sejarah Hari
Ibu di Indonesia
Hello Riders ... ^^ besok adalah hari yang istimewa bagi saya.. Kenapa? Karena besok adalah hari Ibu... Bukan Karena saya seorang ibu sekarang.. melainkan karena saya akan bertemu dengan beliau besok setelah beberapa minggu tidak bertemu.. hhe ...
Pada kesempatan hari ini, saya akan memberi artikel tentang sejarah hari ibu di Indonesia. Langsung saja yaa... Selamat membaca.. jangan lupa RCL (Read Commen like)..
Sejarah Hari Ibu diawali dari bertemunya para
pejuang wanita dengan mengadakan Kongres Perempuan Indonesia I pada 22-25 Desember 1928 di Yogyakarta,
di gedung Dalem Jayadipuran yang sekarang berfungsi sebagai kantor Balai
Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional dan beralamatkan di Jl. Brigjen
Katamso. Kongres dihadiri sekitar 30 organisasi perempuan dari 12 kota di Jawa danSumatera.
Hasil dari kongres tersebut salah satunya adalah membentuk Kongres Perempuan
yang kini dikenal sebagai Kongres Wanita Indonesia (Kowani).
Organisasi perempuan sendiri sudah ada sejak 1912, diilhami oleh
perjuangan para pahlawan wanita abad ke-19 seperti Martha Christina Tiahahu, Cut Nyak
Dhien, Tjoet Nyak Meutia, R.A. Kartini, Maria Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Ahmad
Dahlan, dan lain-lain.
Peristiwa itu dianggap sebagai salah satu tonggak
penting sejarah perjuangan kaum perempuan Indonesia. Pemimpin organisasi
perempuan dari berbagai wilayah se-Nusantara berkumpul menyatukan pikiran dan
semangat untuk berjuang menuju kemerdekaan dan perbaikan nasib kaum perempuan.
Berbagai isu yang saat itu dipikirkan untuk digarap adalah persatuan perempuan
Nusantara, pelibatan perempuan dalam perjuangan melawan kemerdekaan, pelibatan
perempuan dalam berbagai aspek pembangunan bangsa, perdagangan anak-anak dan
kaum perempuan, perbaikan gizi dan kesehatan bagi ibu dan balita, pernikahan
usia dini bagi perempuan, dan sebagainya. Tanpa diwarnai gembar-gembor
kesetaraan gender, para pejuang perempuan itu melakukan pemikiran kritis dan
aneka upaya yang amat penting bagi kemajuan bangsa.
Penetapan tanggal 22 Desember sebagai perayaan Hari
Ibu diputuskan dalam Kongres Perempuan Indonesia III pada tahun 1938. Peringatan 25 tahun
Hari Ibu pada tahun 1953 dirayakan meriah di tak kurang dari 85 kota
Indonesia, mulai dari Meulaboh sampaiTernate.
Presiden Soekarno menetapkan
melalui Dekrit Presiden No. 316 tahun 1959 bahwa
tanggal 22 Desember adalah Hari Ibu dan dirayakan secara nasional hingga kini.
Misi diperingatinya Hari Ibu pada awalnya lebih
untuk mengenang semangat dan perjuangan para perempuan dalam upaya perbaikan
kualitas bangsa ini. Dari situ pula tercermin semangat kaum perempuan dari
berbagai latar belakang untuk bersatu dan bekerja bersama. Di Solo, misalnya, 25 tahun
Hari Ibu dirayakan dengan membuat pasar amal yang hasilnya untuk membiayai
Yayasan Kesejahteraan Buruh Wanita dan beasiswa untuk anak-anak perempuan. Pada
waktu itu panitia Hari Ibu Solo juga mengadakan rapat umum yang mengeluarkan
resolusi meminta pemerintah melakukan pengendalian harga, khususnya bahan-bahan
makanan pokok. Pada tahun 1950-an, peringatan Hari Ibu mengambil bentuk pawai
dan rapat umum yang menyuarakan kepentingan kaum perempuan secara langsung.
Satu momen penting bagi para wanita adalah untuk
pertama kalinya wanita menjadi menteri adalah Maria Ulfah di
tahun 1946.
Sebelum kemerdekaan Kongres Perempuan ikut terlibat dalam pergerakan
internasional dan perjuangan kemerdekaan itu sendiri. Tahun 1973Kowani menjadi anggota
penuh International
Council of Women (ICW). ICW berkedudukan sebagai dewan konsultatif
kategori satu terhadap Perserikatan Bangsa-bangsa.
Kini, Hari Ibu di Indonesia diperingati untuk
mengungkapkan rasa sayang dan terima kasih kepada para ibu, memuji keibuan para
ibu. Berbagai kegiatan pada peringatan itu merupakan kado istimewa,
penyuntingan bunga, pesta kejutan bagi para ibu, aneka lomba masak dan
berkebaya, atau membebaskan para ibu dari beban kegiatan domestik sehari-hari.
Sumber: http://id.wikipedia.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar